About Nanang Sharna

Nanang Sharna, sejak kecil tangannya begitu lincah menggambar di atas kain, seolah-olah garis-garis yang tercipta memiliki kehidupan sendiri.

Nanang Sharna Indonesia

Ia tidak hanya melihat batik sebagai kain bercorak, tetapi sebagai bahasa jiwa, warisan nenek moyang yang menyimpan makna mendalam tentang kehidupan, harmoni, dan keberlanjutan.

Nanang tumbuh dengan filosofi batik yang kuat—menjadi manusia seutuhnya dalam kehidupan yang harmonis. Ia percaya bahwa setiap goresan malam panas yang dituangkan ke kain adalah refleksi dari nilai-nilai kehidupan. Dengan tekad kuat, ia memperdalam seni batik tulis, mengembangkan tekniknya, dan menciptakan motif-motif yang tidak hanya indah tetapi juga memiliki kisah yang menggugah hati.

Perjalanannya dalam dunia batik membawanya hingga ke panggung dunia. Keindahan karya-karyanya menarik perhatian banyak tokoh penting, dari pejabat, artis, hingga pemimpin negara. Salah satu momen paling membanggakan dalam hidupnya adalah ketika ia mendapat kehormatan membuatkan batik untuk Nelson Mandela, sosok yang dihormati di seluruh dunia karena perjuangannya melawan apartheid.

Nelson Mandela Michael Jackson

Tidak hanya presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, banyak tokoh-tokoh Indonesia juga mengenakan batik hasil karyanya—sebuah bukti bahwa warisan budaya Nusantara dapat menjangkau berbagai lapisan dan dihargai secara global.

Namun, impian Nanang tidak berhenti pada penciptaan batik untuk tokoh-tokoh besar. Ia memiliki visi lebih jauh—membangun museum batik terbesar di dunia. Sebuah tempat yang bukan sekadar memajang koleksi kain, tetapi menjadi pusat edukasi, pelestarian, dan inspirasi bagi generasi mendatang.

Ia ingin setiap orang yang mengunjungi museumnya bisa merasakan keajaiban batik, memahami sejarahnya, dan menghargai setiap tetes keringat para pengrajin yang telah menjaga tradisi ini tetap hidup.

Hingga hari ini, Nanang Sharna terus berkarya, melukis sejarah di atas kain, dan membawa batik ke puncak kejayaan. Baginya, batik bukan sekadar pekerjaan—ini adalah napas hidupnya, warisan yang harus dijaga, dan jembatan yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan.